Kesalahan Pengusaha Atau Wirausaha Pemula Dalam Akuntansi
Kesalahan Pengusaha Atau Wirausaha Pemula Dalam
Akuntansi - Menjadi pengusaha walau sekecil apa pun skala
usahanya pastilah bukan perkara mudah. Membidik peluang dan mengubahnya menjadi
bisnis adalah bakat yang hanya dimiliki oleh mereka (para pengusaha). Bagimana
dengan urusan pembukuan, atau Akuntansi untuk skup yang lebih luas?
Dari sekian banyak pengusaha, kecuali yang memiliki latar belakang keuangan,
rata-rata tidak terampil untuk menerapkan prinsip-prinsip Akuntansi.
Seharusnya memang bukan masalah serius. Namun
ada 2 hal yang membuat kesalahan pengusaha atau wirausaha pemula dalam
akuntansi ini menjadi penting untuk diketahui:
1. Catatan Transaksi Adalah Penting
Di satu sisi catatan transaksi sangat penting
untuk keperluan pengembangan usaha ke depannya. Catatan penjualan misalnya,
sangat membantu dalam menganalisa prospek perkembangan bisnis ke depan. Catatan
utang sangat penting dimiliki agar tahu: berapa, kepada siapa dan kapan jatuh
temponya. Catatan piutang (tagihan) juga tidak kalah pentingnya.
Memperkirakan prospek penjualan
dan mengetahui utang-piutang saja, tidaklah cukup. Yang jauh
lebih penting adalah mengetahui: seberapa menguntungkan bisnis yang sedang
dijalankan? Apakah sudah saatnya melakukan pengembangan? Apakah layak untuk
dicarikan tambahan modal? Dan lain sebagainya. Untuk semua itu,
diperlukan catatan yang akurat dan benar.
2. Mau Tidak Mau Melakukan Pencatatan Sendiri
Di sisi lainnya, tidak sedikit pengusaha
(terutama pemilik usaha kecil mandiri/UKM), yang terpaksa melakukan pekerjaan
administrasi sendiri—termasuk mencatat transaksi. Bisa dimengerti. Merekrut
pegawai Akunting khusus hanya untuk mencatat transaksi di awal-awal perusahaan
beroperasi, tentulah bukan langkah yang tepat—berat diongkos. Iya kan?
Masalahnya:
Kebanyakan pengusaha yang jago jualan, biasanya tidak jago untuk
urusan Akuntansi—catat mencatat dan mengolah data transaksi.
Kesalahan paling umum sekaligus paling besar
(dan bisa berpengaruh buruk terhadap perkembangan bisnis) yang biasa dilakukan
oleh para pengusaha adalah: Mencatat ‘Penjualan’ sebagai ‘Pendapatan’.
Ijinkan saya menjelaskan salah satu kesalahan
pengusaha atau
wirausaha pemula dalam akuntansi ini sedikit
(saya jamin tidak akan rumit).
Katakanlah seorang pengusaha konveksi kecil
menerima pesanan 100 potong baju kaos (T-shirt) dengan harga Rp 50,000 per
potong. Sehingga total pesanan nilainya Rp 5,000,000. Untuk itu, pemesan
membayar di muka sepenuhnya. Barang akan jadi dan dikirimkan bertahap: 50
potong di bulan pertama, sedangkan sisanya 50 potong lagi di bulan ke-2.
Atas uang yang diterima, jika dicatat (diakui)
sebagai ‘Pendapatan’ pada saat itu juga, berarti pengusaha tersebut
melakukan kesalahan pencatatan. Kenapa salah?
Karena barang belum diserahkan. Prinsip
akuntansi menganjurkan agar tidak mengakui pendapatan untuk barang/jasa yang
belum diserahkan.
Dasar pertimbangannya sangat sederhana: Setiap transaksi bisnis selalu melibatkan hak dan kewajiban. Dalam
contoh kasus ini pengusaha berhak atas pembayaran sebesar Rp 5,000,000,
tetapi di sisi lainnya juga berkewajiban menyerahkan T-shirt sebanyak 100
potong. Dalam Akuntansi: dilarang mengakui hak jika kewajiban belum
dilaksanakan. Artinya, dilarang mengakui pendapatan jika barang pesanan pembeli
belum dikirimkan (diserahkan).
Mengapa dilarang?
Katakanlah pengusaha mencatat uang yang
diterima tersebut sebagai pendapatan. Akhir bulan mungkin pengusahanya mau
hitung laba atau rugi. Pendapatan ada, lalu biayanya? Mungkin hanya
setengah saja yang timbul di bulan yang sama, karena setengahnya lagi baru
timbul di bulan berikutnya (ingat: barang baru selesai 2 bulan kemudian).
Sehingga labanya menjadi terlihat lebih besar
dari yang seharusnya. Apa yang terjadi di bulan ke-2? Tidak ada pendapatan
(karena semuanya sudah diakui di bulan pertama), tapi ada banyak biaya yang
timbul. Sehingga terlihat rugi.
Situasinya akan menjadi semakin sulit
jika ternyata barang yang jadi dengan kualitas layak hanya 90
potong. Sedangkan yang 10 potongnya lagi cacat. Sehingga, kewajiban
yang bisa diserahkan hanya sebesar Rp 4,500,000 saja.
Sementara, pendapatan terlanjur diakui Rp 5,000,000.
Solusinya? Akui pendapatan hanya untuk barang
yang sudah diserahkan saja. Sehingga, atas uang Rp 5,000,000 tersebut, saat
diterima hanya dicatat sebagai ‘Pendapatan Diterima di Muka’ dan jangan
diikut sertakan dalam perhitungan Laba/Rugi.
Nanti kalau barang sudah diserahkan, catatan ‘Pendapatan
Diterima Dimuka’ diubah menjadi ‘Pendapatan’
senilai yang diserahkan saja (misalnya: Rp 2,500,000 untuk 50 potong T-shirt
yang sudah dikirimkan). Dan ini boleh dimasukkan dalam perhitungan Laba/Rugi.
Dengan demikian, maka:
(1)
pendapatan menjadi bisa dilawankan
dengan biaya; dan
(2)
tidak terlalu banyak mengakui
pendapatan dan laba di bulan pertama.
Jika panduan ini terlalu rumit, mungkin ada
baiknya menyerahkan pekerjaan ini pada orang yang benar-benar tahu bagaimana
mencatat transaksi bisnis dengan benar. Sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan tidak perlu
yang bisa mempengaruhi kelangsungan usaha secara keseluruhan.
Demikianlah
2 kesalahan pengusaha atau wirausaha pemula dalam akuntansi yang
paling umum terjadi. Semoga bermanfaat (bisnisan.id).
Posting Komentar untuk "Kesalahan Pengusaha Atau Wirausaha Pemula Dalam Akuntansi"