Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengendalikan Kualitas Produk dengan Pendekatan Taguchi

Daftar Isi [Tampil]

 

Mengendalikan Kualitas Produk dengan Pendekatan Taguchi

Pendekatan Taguchi  sebagai salah satu metode quality control, digagas oleh Genichi Taguchi merujuk pada salah satu metode perancangan eksperimen yang terdapat pada khasanah keilmuan statistik maupun optimisasi. Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa metode ini bermaksud untuk mendapatkan kondisi optimum sistem (dan keluarannya) yang tangguh terhadap terjadinya berbagai perubahan faktor yang memengaruhi sistem tersebut (maupun keluarannya), utamanya faktor yang memang sulit – atau bahkan tidak mungkin – untuk dikendalikan (yang seringkali dinamakan noise factors). Pada kondisi tertentu, noise factors tersebut memang sengaja tidak dikendalikan – misalnya karena besarnya “biaya” yang diperlukan.

Upaya untuk mendapatkan kondisi sistem yang tangguh tersebut ditempuh dengan mengendalikan nilai berbagai variabel signifikan di dalam sistem pada tingkat yang tepat. Variabel-variabel ini dinamakan control factors.

Kondisi optimum sistem tercermin pada besarnya response variables (variabel respon) yang melekat pada keluaran sistem, baik tunggal maupun jamak. Pada gilirannya, nilai variabel respon dapat berupa salah satu dari tiga hal berikut: nilai minimum, nilai maksimum, atau nilai nominal tertentu. Sedangkan noise itu sendiri dapat berupa unit-to-unit noise (gangguan dari unit ke unit), external noise (gangguan eksternal), maupun deterioration noise (gangguan yang berwujud memburuknya kinerja sistem (dan keluarannya).

Diterapkan ke dalam konteks kenegaraan-kebangsaan pada level sub-negara, misalkan kota madya atau provinsi, maka kota madya atau provinsi tertentu dapat dipandang sebagai suatu sistem (sekaligus sub-sistem dari supra-sistem yang lebih besar, yaitu negara). Keluaran dapat berupa performa kota madya/ provinsi dimaksud dari berbagai sisinya, dengan response variable berupa level performa kota madya/ provinsi tersebut.

Seluruh stakeholder (pemerintah, warga masyarakat, pelaku industri) merupakan elemen sistem. Sementara itu berbagai unsur eksternal (misalkan gerakan teror terorganisir berskala internasional ataupun nasional, kecenderungan ekonomi-politik global yang tidak sejalan dengan pilihan arah ekonomi-politik kotamadya/ propinsi bersangkutan, dan sebagainya) dapat dikategorikan sebagai external noise.

Capaian-capaian fisik (fasilitas konstruksi, misalkan) dan juga berbagai rumusan perda dapat dianggap sebagai deterioration noise (karena apa pun mengalami proses penuaan ataupun obsolasi, sehingga pastilah semakin rapuh ataupun tidak lagi sesuai dengan kebutuhan kekinian), dan unjuk kerja kota madya/ provinsi bersangkutan dapat dipandang sebagai unit-to-unit noise (kinerja yang tidak sama levelnya dari waktu ke waktu, dari satu unit organisasi ke unit organisasi yang lain).

Modal sosial (semisal thrust dari warga, partisipasi aktif individu-individu di dalam kotamadya/ propinsi yang bersangkutan), modal kapital (PAD dan APBD, misalkan) maupun knowledge (misalkan berupa aparat birokrasi dengan berbagai spesifikasi kapabilitas), di sisi yang lain, dapat dinyatakan sebagai control factors: pemimpin kotamadya/ propinsi tersebut dapat berikhtiar untuk mengarahkan dan mengorganisir berbagai modal sosial dan knowledge yang dimiliki oleh kotamadya/ propinsi bersangkutan menuju terwujudnya unjuk kerja yang maksimal.

Sejarah dan Konsep Metode Taguchi

Metode Taguchi dicetuskan oleh Dr. Genichi Taguchi pada tahun 1949 saat mendapatkan tugas untuk memperbaiki sistem telekomunikasi di Jepang. Metode ini merupakan metodologi baru dalam bidang teknik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas produk dan proses serta dalam dapat menekan biaya dan resources seminimal mungkin. Sasaran metode Taguchi adalah menjadikan produk robust terhadap noise, karena itu sering disebut sebagai Robust Design.

Definisi kualitas menurut Taguchi adalah kerugian yang diterima oleh masyarakat sejak produk tersebut dikirimkan. Filosofi Taguchi terhadap kualitas terdiri dari beberapa konsep, yaitu:

1.      Kualitas harus didesain ke dalam produk dan bukan sekedar memeriksanya.

2.      Kualitas terbaik dicapai dengan meminimumkan deviasi dari target.

3.      Produk harus didesain sehingga robust terhadap faktor lingkungan yang tidak dapat dikontrol.

4.      Biaya kualitas harus diukur sebagai fungsi deviasi dari standar tertentu dan kerugian harus diukur pada seluruh sistem.

Metode Taguchi merupakan off-line quality control artinya pengendalian kualitas yang preventif, sebagai desain produk atau proses sebelum sampai pada produksi di tingkat shop floor. Off-line quality control dilakukan dilakukan pada saat awal dalam life cycle product yaitu perbaikan pada awal untuk menghasilkan produk (to get right first time).

Kontribusi Taguchi pada Kualitas

Kontribusi Metode Taguchi pada pengendalian kualitas produk dan layanan adalah:

1.      Loss Function: Merupakan fungsi kerugian yang ditanggung oleh masyarakat (produsen dan  konsumen) akibat kualitas yang dihasilkan. Bagi produsen yaitu dengan timbulnya biaya kualitas sedangkan bagi konsumen adalah adanya ketidakpuasan atau kecewa atas produk yang dibeli atau dikonsumsi karena kualitas yang jelek.

2.      Orthogonal Array: Orthogonal array digunakan untuk mendesain percobaan yang efisisen dan digunakan untuk menganalisis data percobaan. Ortogonal array digunakan untuk menentukan jumlah eksperimen minimal yang dapat memberi informasi sebanyak mungkin semua faktor yang mempengaruhi parameter. Bagian terpenting dari orthogonal array terletak pada pemilihan kombinasi level dari variable-variabel input untuk masing-masing eksperimen.

3.      Robustness: Meminimasi sensitivitas sistem terhadap sumber-sumber variasi.

 

Tahapan  dalam Desain Produk atau Proses Menurut Taguchi

Dalam metode Taguchi tiga tahap untuk mengoptimasi desain produk atau proses produksi yaitu (Ross, 1996):

1.      System Design. Yaitu upaya dimana konsep-konsep, ide-ide, metode baru dan lainnya dimunculkan untuk memberi peningkatan produk . Merupakan tahap pertama dalam desain dan merupakan tahap konseptual pada pembuatan produk baru atau inovasi proses. Konsep mungkin berasal dari percobaan sebelumnya, pengetahuan alam/teknik, perubahan baru atau kombinasinya.

2.      Parameter Design. Tahap ini merupakan pembuatan secara fisik atau prototipe secara matematis berdasarkan tahap sebelumnya melalui percobaan secara statistik. Tujuannya adalah mengidentifikasi setting parameter yang akan memberikan performansi rata-rata pada target dan menentukan pengaruh dari faktor gangguan pada variasi dari target.

3.      Tolerance Design. Penentuan toleransi dari parameter yang berkaitan dengan kerugian pada masyarakat akibat penyimpangan produk dari target. Pada tahap ini, kualitas ditingkatkan dengan mengetatkan toleransi pada parameter produk atau proses untuk mengurangi terjadinya variabilitas pada performansi produk.

 

Demikianlah apa yang bisa kami sampaikan mengenai bagaimana mengendalikan kualitas produk dan layanan perusahaan dengan pendekatan Taguchi. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa lagi di lain bahasan yang lebih menarik. Selamat berkarya (bisnisan.id).

 

Posting Komentar untuk "Mengendalikan Kualitas Produk dengan Pendekatan Taguchi "