Rahasia Strategi Negosiasi Bisnis
“Kita memasuki apa yang disebut revolusi
negosiasi.”
Ucapan negosiator ulung Clive Rich di atas tentu
bukan mengada-ada. Apalagi kekuatan dan kutub ekonomi dunia tengah bergeser
cepat dengan menempatkan BRICs (Brasil, Rusia, India, dan China) sebagai
‘dewa-dewa’ baru yang akan mewarnai kancah perekonomian global.
Perlahan tapi pasti, kawasan Timur Tengah juga
sedang bangkit dan mulai mencuri perhatian sebelum benar-benar masuk ke
panggung elit dunia.
Di tengah situasi yang masih belum kondusif
seperti itu, negosiasi menjadi salah satu kunci yang harus dikuasai pelaku bisnis
multinasional untuk menaklukkan pasar-pasar baru yang menggiurkan.
Lantaran itu Rich mengingatkan bahwa situasi
kini telah berkembang pesat, sehingga cara orang berbisnis dan memenangkan
perang melalui negosasi juga berubah drastis. Itulah yang dia sebut sebagai
‘revolusi negosiasi’.
Sebaliknya cara-cara lama atau cara-cara kuno
secara cepat hanya tinggal menjadi kenangan. Strategi baru dalam bernegosiasi
ini, menurut Rich, berkembang dan mewujud bersamaan dengan gencarnya pemakaian
teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari serta penggunaan jaringan
sosial media yang kian gencar di dunia maya.
Negosiasi Bisnis dan
Norma Sosial
Seorang negosiator yang disegani kerap banyak
mendapat pertanyaan klasik seperti ini: seberapa penting memahami dan
bersinggungan dengan budaya dan norma-norma
kehidupan lokal dalam kancah negosiasi global?
Harus diakui hal itu sebagai pernyataan klise,
pertanyaan yang sangat mendasar, sangat textbook tetapi tetap relevan.
Pasalnya, bagaimana mungkin Anda bisa sukses
menaklukkan pasar di China bila tidak menguasai jurus-jurus negosiasi ala Sang
Naga? Begitu pula ketika Anda ingin membidik bisnis baru di Jepang, Korea,
Rusia, di negara-negara Amerika Latin hingga ke dunia Arab atau Afrika.
Setiap negara memiliki karakter yang berbeda.
Tidak serta merta ilmu ‘profesionalisme’ mampu menyelesaikan negosiasi bisnis
yang memuaskan dua pihak atau beberapa pihak dalam waktu yang bersamaan.
Calon mitra Anda yang menjabat pimpinan puncak
di sebuah perusahaan di China tentunya memiliki ciri khas tersendiri dalam
bernegosiasi, dan hal itu sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai dan budaya lokal.
Lain lagi cara orang Rusia bersepakat dalam
bisnis. Bagi mereka, kompromi tak lain adalah sebuah kelemahan. Bila Anda ingin
bermitra dengan orang Rusia, ajaklah mereka berbincang di acara-acara sosial
atau saat makan malam.
Betul demikian, kearifan lokal penting untuk
dikuasai dalam bernegosiasi global tetapi jangan sepenuhnya bergantung pada
idiom lama semacam itu. “Don’t be driven by them,” demikian Rich yang juga
pendiri Rich Futures.
Ingat, dunia sudah berubah. Kecakapan
individual kini tidak mungkin diabaikan lagi dalam bernegosiasi. Pasalnya,
kesepakatan bisnis kini umumnya dicapai ketika ‘kebutuhan-kebutuhan emosi’ bisa
tersalur.
Faktor inilah yang digarisbawahi Rich sebagai
kunci kesuksesan dalam negosiasi dari mana pun Anda berasal.
Memenangkan Negosiasi
Bisnis
Apa saja taktik-taktik
yang dapat dilakukan untuk memenangkan negosiasi bisnis ?
Apa yang disampaikan oleh pakar sekaligus
negosiator ulung itu sebenarnya dikenal dalam konteks berbisnis sehari-hari di
Indonesia: Menghormati mitra bicara kita dengan ‘tulus’.
Tak terlalu sulit menguasai kiatnya. Kira-kira
begini: Apakah calon mitra bisnis Anda butuh diyakinkan lagi? Apakah mereka
membutuhkan semacam ‘kehormatan’? Apakah mereka memerlukan sebuah rasa ikut
memiliki dalam kesepakatan bisnis kelak? Inilah yang disebut ‘motivasi
universal’ yang harus digolkan dalam setiap negosiasi bisnis.
Dulu, kesepakatan bisnis lebih banyak berfokus
pada masalah harga, kuantitas, dan jaminan pengiriman. ‘Suasana kebatinan’
mitra bicara tidak dianggap penting. Kini, tidak bisa lagi seperti itu.
Anda harus pandai-pandai menanggap sinyal dari
lawan bicara, apakah mereka terlihat antusias, basa-basi, marah atau setengah
hati. Perhatikan sekali lagi, orang sering mengutarakan isi hatinya dengan
bahasa-bahasa tertentu meski sedang berbicara masalah lain.
Mungkin ada yang bertanya, apakah pelobi dan
negosiator profesional bisa lahir melalui pendidikan formal?
Pada prinsipnya bisa saja tetapi hal itu tidak
mutlak demikian. Bermodal sertifikat atau ijazah belum menjamin segalanya.
Hal yang lebih utama adalah minat, persiapan
untuk setiap sesi lobi, kemauan berinteraksi, keuletan, tidak arogan, dan tidak
menunjukkan sikap boros dana dan boros waktu.
Itulah kira-kira strategi yang perlu
diperhatikan bagi para pelobi bila ingin memenangi negosiasi bisnis maupun politik.
Hasil maksimal yang bisa dicapai dari
keberhasilan lobi adalah kontrak bisnis. Kontrak bisnis yang mengikat dua pihak
atau lebih seharusnya bertujuan menyatukan pandangan para pihak yang terlibat
di dalamnya, dan bukan justru sebaliknya.
Lebih buruk lagi bila salah satu pihak merasa
‘dikadali’ oleh pihak lain. Hal ini bisa saja terjadi dan umumnya baru disadari
belakangan setelah kontrak disepakati bersama.
Nah itulah
tadi beberapa hal yang terkait dengan teknik dan strategi dalam negosiasi
bisnis. Dengan membaca tulisan di atas maka otomatis Anda juga menjadi tahu mengapa
negosiasi bisnis dapat menambah relasi kerja. Selamat mencoba, salam sukses
selalu (bisnisan.id).
Posting Komentar untuk "Rahasia Strategi Negosiasi Bisnis"