Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia

Daftar Isi [Tampil]

Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia


Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia - Manusia memiliki sifat yang cenderung tidak pernah merasa puas terhadap apa yang diperoleh sehingga ia selalu merasa kurang dan terus mencari.

Bentuk dan keinginan ini sebagai pencarian manusia untuk mengubah nasib hidup. Sehingga banyak umat manusia yang bekerja dengan keras untuk mengejar tercapainya penghidupan yang layak termasuk melupakan norma-norma yang berlaku.

Semua ini sering dilakukan dengan tujuan untuk menampilkan perubahan dalam nasib hidupnya dan termasuk mengesampingkan perasaan-perasaan yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Memang nasib menjadi sesuatu yang sangat terlihat sementara perasaan sulit untuk dilihat, karena perasaan tersimpan jauh di dalam hati.

Semakin keras seseorang bekerja maka semakin baik ia mampu untuk mengubah nasibnya, maka perubahan nasib termasuk dengan melakukan perubahan karakter. Yaitu dari karakter malas menjadi karakter yang rajin.

Ini sebagaimana dikatakan oleh Sukrisno Agoes dan I cenik Ardana bahwa, “Nasib seseorang mencerminkan karakternya, dan karakter seseorang ditentukan oleh pikirannya, sedangkan pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh perasaan / emosinya dan pada akhirnya tingkat kematangan emosi/perasaan seseorang akan mencerminkan tingkat kematangan kesadaran (spiritual) seseorang.”

Dalam diri setiap manusia memiliki semangat motivasi dan berjuang demi mewujudkan mimpi-mimpi. Salah satu mimpi terbesar umat manusia adalah merasa nyaman di mana pun ia berada, dan terpenuhi semua keinginan yang diimpikan selama ini.

Bisnis dianggap sebagai salah satu jalan yang bisa mendorong manusia untuk mempercepat memperoleh semua itu. Ini diperkuat dengan pendapat dari berbagai pihak bahwa dengan kepemilikan bisnis yang bersifat profitable menyebabkan seseorang memiliki peluang untuk meraih keuntungan dari setiap keputusan dan pengalokasian keuntungan terutama memiliki hak menikmati keuntungan tersebut.

Di sisi lain bisnis memiliki aturan yang harus dipatuhi, dan aturan dalam bisnis dilahirkan atas kesepakatan-kesepakatan di wilayah mana bisnis itu berada. Jika bisnis tersebut berada di negara yang penduduknya beragama Islam maka etnis bisnis yang berlaku adalah etika bisnis Islam, dan jika bisnis itu berada di provinsi Bali maka aturan dan etika bisnis yang berlaku di sana etika bisnis dalam masyarakat Bali, yang notabene mereka itu mayoritas beragama Hindu Bali.

Artinya kita memahami jika manusia diberi kebebasan untuk menata dan membentuk tata kehidupannya menjadi lebih baik. Namun etika yang berlaku di tempat dimana bisnis tersebut ingin tetap mempertahankan aktivitasnya. Di sinilah peran penting etika bisnis dan tata kehidupan manusia.

Memang manusia dianggap sebagai makhluk yang paling berkuasa di atas muka bumi, ini dapat dilihat dari sisi psikologis konsepsi manusia di berbagai sudut pandang.

McDavid dan Harari (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2011) mengelompokkan empat teori psikologi dikaitkan dengan konsepsinya tentang manusia sebagai berikut:

1.       Psikoanalisis, yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (homo volensi). Tokoh-tokoh aliran ini antara lain: Freud, Jung, Abraham, Horney, dan Bion.

2.       Behaviorisme, yang menganggap manusia yang digerakkan semuanya oleh lingkungan (homo mechanicus). Teori ini menyangkut manusia sebagai mesin (homo mechanicus) karena perilaku manusia sepenuhnya ditentukan/dibentuk oleh lingkungan. Teori ini disebut juga sebagai teori belajar karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia kecuali Insting-adalah hasil belajar (dari lingkungan). Tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain: Hull, Militer dan Dollard, Rotter, Sklinner, serta Bandura.

3.       Kognitif, yang menganggap manusia sebagai makhluk berpikir yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimulasi yang diterimanya (homo sapiens). Manusia tidak lagi dianggap sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap lingkungannya. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain: Lewin, Heider, Festinger, Piaget, dan Kohlberg.

4.       Humanisme, yang melukiskan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (homo ludens). Teori ini menunjukkan pentingnya hubungan seseorang dengan orang lain sebagai pribadi dengan pribadi, bukan sebagai pribadi dengan benda. Dengan kata lain, yang ditekankan adalah hubungan subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek. Tokoh-tokoh aliran ini, antara lain: Rogers, Combs dan Snygg, Maslow, May, Satir, serta Peris.

Ada yang beranggapan bahwa manusia memiliki prinsip homo homoni lupus, yaitu manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Kaidah ini berlaku dari sisi rasa ambisius manusia untuk meraih keuntungan tanpa memikirkan nasib orang lain dan lebih mengutamakan kesenangan bagi dirinya.

Dalam konteks ilmu kepemimpinan ini dikenal dengan sikap otoriter. Sikap otoriter artinya sebuah usaha kuat untuk mencapai sesuatu secara totalitas dan tidak pernah puas sebelum ia benar-benar mendapatkan apa yang diinginkannya.

Karakteristik kepemimpinan bergaya otoriter ini pernah dimiliki oleh Adolf Hitler, Firaun, dan beberapa pemimpin otoriter lainnya. Dan kita tahu bagaimana banyaknya korban jiwa yang timbul akibat sikap otoriter mereka.

Kasus penebangan pohon yang akhirnya menyebabkan timbulnya banjir bandang merupakan bukti nyata dari sikap otoriter manusia yang begitu ingin menguasai kekayaan alam namun menghiraukan akibat yang akan terjadi. Sering akibat yang terjadi tersebut tidak menimpa mereka yang meraih keuntungan di sana, tapi menimpa pihak lain yang berada di sekitar sana.

Contoh lain efek dari penebangan pohon yang begitu tinggi telah menyebabkan banjir bandang bahkan lebih jauh timbulnya pemanasan global (global warming). Dunia saat ini merasakan perubahan iklim yang terjadi secara global dan itu telah menimpa banyak orang yang hidup di berbagai belahan dunia, seperti timbulnya cuaca ekstrem yang lebih panas dari biasanya. Sementara manajemen pencegahan dari suatu akibat sering dilakukan atau dirancang setelah masalah itu terjadi.

Memang fakta dan kenyataan jika perusakan tatanan kehidupan banyak terjadi di negara berkembang, karena perangkat aturan di negara berkembang yang belum baik dalam bentuk konsep hingga aplikasi. Dan ini semakin diperparah oleh masih rendahnya nilai sumber daya manusia (SDM) di negara

berkembang, ini tergambarkan dari tingkat pendidikan rata-rata masyarakat. Sementara kita pahami bersama jika pendidikan memegang peran penting dalam mendorong terbentuknya manusia yang berbudaya dan memiliki peradaban tinggi.

Salah satu persoalan yang terjadi di negara berkembang ketika negara tidak sepenuhnya menyediakan dan memberikan fasilitas yang mendukung ke arah penciptaan kesejahteraan rakyat. Masih kurangnya fasilitas seperti rumah sakit yang lengkap, pasar modern, angkutan umum yang memadai, sekolah yang berkualitas dan berbagai prasarana lainnya. Kondisi ini dilihat oleh pihak swasta sebagai peluang untuk dimanfaatkan, dan sudah tentu ada sisi keuntungan (profit) di sana.

Persoalan menjadi semakin rumit pada saat sektor swasta yang melakukan bisnis di sana semakin tidak terkontrol, dan ekspansi bisnis yang dilakukan semakin mengindahkan nilai-nilai etika bisnis. Sementara ketika bisnis semakin besar dan para pebisnis tersebut memiliki nilai finansial besar untuk ikut mempengaruhi jalannya pemerintahan.

Ini akan menyebabkan sebuah masalah tersendiri. Sehingga wajar jika kasus dalam pembuatan undang-undang dan berbagai peraturan lainnya dibuat dengan kurang memperhitungkan rasa nasionalisme atau kecintaan pada rakyat kecil, namun dibuat lebih pada bentuk memihak para pengusaha.

Apalagi jika negara memiliki banyak utang, dan sibuk bekerja bagaimana melunaskan pinjaman yang sudah jatuh tempo tersebut, termasuk memiliki utang dalam mata uang asing yang cenderung bersifat fluktuatif. Penafsiran fluktuatif di sini adalah pada saat mata uang domestik sering mengalami kelemahan dibandingkan dengan mata asing, ini dalam konteks nilai tukar, sementara kewajiban membayar cicilan dalam bentuk mata uang asing.

Kasus ini dapat kita lihat pada ditempatkannya tenaga karyawan kontrak untuk bekerja di berbagai sektor bisnis. Dimana karyawan kontrak tersebut dimisalkan masa kontrak adalah 1 (satu) tahun maka akan diperpanjang lagi jika pihak manajemen perusahaan merasa menginginkan untuk memperpanjang masa kontrak tersebut. Dan sebaliknya jika pihak manajemen perusahaan tidak berkenan lagi maka kontrak tidak akan diperpanjang lagi.

Yang lebih parah lagi termasuk aturan-aturan dalam perjanjian kerja kontrak tersebut tidak dijelaskan tentang uang pesangon dan berbagai fasilitas jaminan lainnya.

Dalam konsep etika bisnis ini dianggap sangat tidak etis dan benar-benar tidak menghargai manusia dalam konteks sebagai pekerja yang telah berbakti pada perusahaan. Namun karena kenyataan pemerintah tidak memberi tersedianya lapangan pekerjaan yang layak dan sektor swasta memiliki kesempatan memanfaatkan kondisi tersebut.

Ini dapat kita lihat sebagai contoh nyata mengapa pelanggaran etika bisnis bisa terjadi. Yaitu pada saat negara dengan perangkatnya lemah dalam mengontrol serta membiarkan perusahaan dengan konsep profit oriented mengambil kesempatan. Yang harus diingat bahwa kesempatan tidak akan datang jika peluang itu tidak akan tersedia, dan begitu pula sebaliknya.

 

Buku Digital Etika Bisnis

Untuk informasi lebih lengkap dan detail tentang etika bisnis dan tata kehidupan manusia , Anda bisa membaca buku digital etika bisnis yang sudah kami siapkan di bawah ini:

 

 

Link Buku

 

Demikianlah informasi dari kami tentang etika bisnis dan tata kehidupan manusia. Semoga bermanfaat, selamat berbisnis (bisnisan.id).

Posting Komentar untuk "Etika Bisnis Dan Tata Kehidupan Manusia"